FanFiction ini murni dari otak Author! dilarang mencopy paste! jangan jadi plagiat please^^~ walaupun FFnya gak sebagus yang udah mahir, tapi apa salahnya mencoba. Mian castnya sama sekali tidak ada anak BAPnya. lagi diumpetin dulu hehe. don't be silent readers ne ^^ typo dsb. itu tolong dimaafkan namanya juga manusia~ check this out!
Title : 60 second
Author : Shinjae
Main Cast : JiSeok (Chanyeol), ShinJae, Ricky.
Other Cast :
Park Jung soo as Shin Jae’s father, Siwon, Kris.
Genre : Mistery,Fantasy
Leght : Chapter
Prolog
Berawal dari
pertemanan dimasa kecil dan terbawa hingga umur mereka menginjak 17 tahun. Di
sebuah tempat penampungan lebih tepatnya dikatakan panti asuhan. Telah tumbuh
bersama kedua sahabat yang tak terpisahkan, Jiseok dan Shin Jae. Mereka
terlihat sanagat bahagia ketika bersama. Sampai suatu saat, keduanya terpisah,
Dikarenakan Shin Jae sudah menemukan orang tua yang mau mengasuhnya.
“hai.” Sapa
seorang laki-laki tampan, tinggi dan kelihatannya begitu berwibawa.
Shin Jae
awalnya tidak ingin bertemu, “ayolah nak, dia adalah ayahmu.” Kata Suster
Daisy. Saat itu umur Shin Jae masih 4 tahun. Sama dengan Jiseok. Sebagai bentu
perpisahan, Jiseok yang belum mendapatkan orang tua asuh memberikan Shin Jae
sebuah kalung buatannya sendiri. Terlihat lucu, liontinnya seperti botol di
dalamnya terisi pasir pantai yang halus dan manik-manik berwarna biru karena
Shin Jae suka warna biru.
“ini, jangan
lupakan aku Shin Jae-ah. Aku berharap kita bisa bertemu lagi.” Katanya sambil
mengalungkan kalung itu ke leher Shin Jae.
“Jiseok-ah,
Gomawo. Maaf aku tidak bisa memberimu hal yang sama. Ini, ambilah gelangku.”
“tapi itukan
gelang kesayanganmu. Aku tidak mau mengambilnya.”
Suara
klakson mobil menandakan Shin Jae harus cepat menyusul ayah barunya. Tanpa
berkata terlalu banyak, Shin Jae memakaikan gelangnya ke tangan Jiseok. Sungguh
perpisahan anak 4 tahun yang dramatis. Sambil terus melambaikan tangan, Jiseok terus
mengejar mobil Shin Jae yang semakin lama semakin menjauh. “Jaga Kalung itu
Shin Jae!!!.”
***
Shin Jae
terus mengingat kejadian terakhir itu padahal sudah 12 tahun berlalu.
“Dimana
Jiseok sekarang. Apa dia masih di panti, ah! Aku merindukan suster Daisy.”
Pikirnya.
“YA!!Shinjae-ssi..
Shinjae-ssi..”
Lamunan Shin
Jae buyar, “setelah pelajaranku, kau
keruanganku mengerti!!.”
Lagi-lagi
Shin Jae harus menerima hukuman dari Siwon seongsangnim, dia adalah guru
Matematika sekaligus wali kelas Shin Jae. “dari 30 siswa di kelas, kenapa hanya
kau yang tidak minat dengan pelajaranku. Kenapa setiap pelajaranku kau selalu
melihat keluar jendela dan memulai ritualmu?.”
“ah, seongsangnim
berlebihan aku tidak melakukan ritual apa-apa.”
“maksud
bapak kau mulai menghayalkan sesuatu. Aigo~ appamu menitipkanmu padaku, tapi
kau malah seperti ini. Baiklah, sekarang pilih. Kau mau di hukum atau menuruti
permintaanku.”
“ahjussi aku
tidak mau di hukum! Tolonglah~.”
“kau ini
jangan memanggilku ahjussi. Hah, sudahlah sungguh percuma berbicara denganmu.
Permintaanku, seminggu ke depan dan seterusnya kau akan aku pindahkan ke kelas
anak-anak yang terlalu normal. Aku rasa kau akan bisa jelas menerima
pelajaran.”
“apa?!
Tidak! Itu lebih parah! Aku minta di hukum saja.”
“tidak bisa
diganti. Keputusanku sudah bulat. Kau harus lebih serius! Sebentar lagi kau
akan aku ikutkan dalam lomba antar sekolah. Jangan protes dan lakukan saja. Kau
boleh kembali.”
Dengan
langkah malas, Shin Jae berjalan di koridor menuju kelasnya. Tapi, ia teringat
dengan kata Siwon ahjussi kemudian dia memutar arah menuju kelas normal. Kenapa
kelas normal? Bahkan ada yang menyebutnya terlalu normal. “aku akan sekelas
dengan mereka. Aigo~ lihat mereka. Belajar pun tidak ada suara yang terucap.
Semua terlalu serius! Aku tidak akan betah berlama-lama di kelas ini. Kelas ini
bagai neraka bagiku.”
“hey, kenapa
mengintip. Kenapa tidak masuk saja.” namja dengan senyum yang manis dan mata yang
bersinar mengagetkan Shin Jae. “ah tidak ada, aku permisi ya.” Namja yang di
tinggalnya hanya mengaruk kepala yang sama sekali tidak gatal dan masuk ke
dalam kelas “normal” itu.
***
“appa! Kau
tau Siwon ahjussi menghukumku hari ini. Ini bahkan lebih parah.” Kata ShinJae
sambil memasukkan suapan roti pertamanya. “benarkah? Kan sudah appa katakan
perhatikan dia saat mengajar. Kali ini hukumanmu apa lagi?.” “aku dimasukan ke
kalas kumpulan anak pintar appa. Itu sungguh membuatku frustasi.” “itu bagus
kan? Kau jadi bisa belajar banyak. Sudah jangan mengeluh terus. Cepat habiskan
makananmu. Kita berangkat.”
-
“Siwon-ssi,
terima kasih kau telah mengajarkan anakku. Anakku ku serahkan padamu.”
“ne, hyung.
Anakmu akan berubah. Aku jamin.”
“baiklah aku
pergi dulu.” Siwon membungkuk kearah hyungnya yang mulai menjauh dengan
mobilnya. Shin Jae sudah berada di gerbang sekolah dengan senyuman khas Siwon
berjalan mendekati Shin Jae dan mengajaknya untuk masuk di kelas super normal.
“perbedaan akan Nampak nyata Shin Jae. Tidak seperti di kelasmu sebelumnya.
Kuharap kau bahagia. Nice day hahhaha.”
Siwon
tertawa dan itu kelihatan sekali meledek anak didiknya, dengan berani Shin Jae
membuka pintu kelas yang hampir tak pernah sekali pun terlihat terbuka.
“oh, kau
anak baru yang akan mengikuti kelasku? Kemari dan perkenalkan dirimu.”
Semua mata yang
seharusnya menoleh ke arahnya karena dia orang baru tidak di temukan disini.
Mata murid disini seperti sudah terprogram untuk melihat buku setiap harinya.
Dengan perasaan jengkel tak karuan Shin Jae memperkenalkan namanya.
“annyeonghaseyo, Park Shin Jae imnida. Aku dari kelas 2-C mohon bantuannya.”
Ya, sama
sekali tidak ada respon berarti seperti yang diharapkan. “kau duduk di bangku
kosong di belakang sana. Sekarang kita lanjutkan.”
Tanpa
disadari oleh Shin Jae ada seseorang di kelas itu yang kaget mendengar namanya,
dia duduk persis di sebelah Shin Jae, ketika Shin Jae mendekat dia hanya
menoleh sedikit kearahnya lalu memfokuskan matanya ke buku namun pikirannya
tertuju pada Shin Jae.
“kelas ini
menyebalkan, istirahat nanti aku akan menemui siwon ahjussi.” Pikir Shinjae
-
“seongsangnim!!
Tunggu! Aku ingin bicara. Kelas macam apa yang aku masuki pagi ini. Gurunya
begitu dingin anak muridnya seperti robot yang hanya terfokus dengan buku di
depannya. Tak ada satu pun dari 19 orang itu menyapaku. Aku minta kau
memindahkanku lagi di kelas asliku. Aku muak!.”
“kau ini
tidak memberi kesempatanku berbicara. Sengaja aku memasukkanmu ke kelas itu
karena ayahmu yang memintaku. Sebentar lagi ayahmu akan terlalu sibuk. Dia
minta agar aku terus menyibukkanmu. Agar kau tidak kesepian.”
“tapi itu
sama sekali tidak ada hubungannya. Ya! ahjussi kau kira aku tidak kesepian
disana?! Kau gila! Aku bagaikan patung
disana! Benar- benar menjadi patung!.” Tanpa mau mendengar perkataan
seongsangnimnya atau lebih tepatnya pamannya Shin Jae pergi ke kelas dahulunya.
Disana ia langsung di serbu pertanyaan-pertanyaan yang ya you know la~.
Pukul 01.00
PM kelas biasa sudah pulang kecuali kelas normal, kelas ini dilakukan hingga
sore hari 05.00 PM. Shin Jae hapir gila di buatnya. Kelas itu seperti dihuni
oleh zombie. Dia mengenal wajah namja yang kemarin memergokinya sedang
mengintip ke dalam, Shin Jae mencoba mengajaknya mengobrol namun tidak bisa.
Shin Jae mengacak-acak rambutnya menunjukan kalau dia benar-benar frustasi
dengan keadaan. Siwon yang melihat lewat celah kecil pintu bagian belakang
kelas ini tersenyum kecut namun tetap terlihat lucu “kau akan memberi warna di
kelas ini Shin Jae. Kau lah orang yang tepat untuk mengembalikan program otak
anak-anak ini agar normal seperti kebanyakan remaja.” Katanya lalu menutup
kembali pintu itu. Pukul 05.00 PM dengan langkah seribu Shinjae meninggalkan
tempat yang di sebutnya neraka itu. Namun sial, dia belum di jemput oleh
appanya.
“aish appa!
Aku tidak mau berlama-lama di sekolah ini. Aku ingin pulang.” Satu persatu
murid yang sekelas dengannya tadi di jemput orang tua mereka. Tersisa namja
yang memiliki senyum malaikat dan satu lagi namja yang duduk di sebelah kiri
Shin Jae. Ponsel Shin Jae berbunyi “yeobseo, appa kau dimana? Aku sudah
selesai. Mwo? Kenapa mendadak. Baiklah appa aku pulang naik bus saja. Hati-hati
di jalan.”
Tiba-tiba
namja yang duduk di sebelahnya mendekat dan mengulurkan tangan “siapa namamu
tadi?.” Ah tidak buruk juga akhirnya ada
yang berniat berkenalan dengannya. “aku Shin Jae, Park Shin Jae, kau?.” Dengan
agak terbata “Park Chanyeol imnida. Kau mau pulang naik bus?.” “ne, appa ku
tidak bisa menjemputku, karena tiba-tiba saja dia sudah ada di Hawai untuk
bisnis barunya. Kau juga mau pulang naik bus?.”
“ne,
bagaimana kalau barengan saja?.” “ya boleh juga.” “Suho apa kau mau ikut pulang
denganku naik bus?.” “tidak, itu ayahku datang. Aku duluan ya, kalian
hati-hati.”
***
Sudah
semiggu berjalan, kelas itu sudah terlihat perubahannya. Anak-anak itu jadi
bisa bersosialisasi antar murid dan mulai bisa menghargai pendapat satu dan
lainnya. Wajah Kris seongsangnim sedikit agak aneh, rupanya dia kurang tidur.
Rapat Guru
“kan sudah
aku katakan, anak itu mampu mengubah pandangan seseorang. Dia ajaib.”Siwon
mengatakannya dengan lantang dan bangga
“aku tidak
salah memilihmu untuk mencari anak yang bisa membuat mereka normal seperti anak
remaja biasanya.” Ujar Lee Sooman selaku Kepala sekolah SMA Shinwa
“aku akan
segera memecat Wu Yi Fan. Aku tau sebenarya dia punya maksud terselubung di
samping menjadi guru. Sudah berapa murid pintar kita menghilang tanpa jejak.
Aku mencurigai, dialah pelakunya.” Tambah Lee Sooman.
Semua guru
yang hadir di rapat itu kecuali Wu Yi Fan atau biasa di panggil Kris menyetujui
pendapat Lee Sooman. Semenjak ada Kris di sekolah ini, seolah control dari otak
anak-anak terpilih itu di program sehingga terlihat seperti robot dan hanya mau
mengikuti perintahnya saja. Namun, berbeda dengan Shin Jae dia sama sekali
tidak terpengaruh karena yang kita tau otaknya tidak mau berpusat pada satu
objek. Dia selalu memikirkan hal-hal lain dan tidak pernah focus di pelajaran
jadi dia memang tepat di masukkan di kelas itu dan memang terbukti dia
berhasil. Sebagian dari mereka sudah bisa tertawa lepas dan menceritkan
penglamanan pribadinya dan banyak perubahan yang begitu siknifikan dari mereka.
“aduh dimana
aku menaruhnya?.” Kata Shin Jae sambil merangkak ke setiap sudut kelas.
Chanyeol yang baru masuk terlihat bingung, setelah menaruh tasnya di bangkunya
dia ikut merangkak “Shin Jae-ah, kau mencari apa?.” “ah, kau. Kenapa kalian
hobi sekali mengagetkanku? Setidaknya jika datang berikan salam atau apa.
Dasar! Aku sedang mencari kalungku.” Mata Chanyeol membulat “apa dia masih
menyimpannya?.” Pikirnya. Setelah 5 menit karena bantuan Chanyeol kalung itu
bisa di temukan. Dengan senyum yang terpasang di wajahnya Chanyeol kembali
duduk dan membuka buku sejarahnya. Tak disangka buku yang sedang dibaca olehnya
ditutup paksa oleh Shin Jae. “kau bisa tidak kalau tidak membukannya sekali
saja? Aku muak melihatmu dan teman-temanmu membuka buku aneh itu setiap hari.
Kenapa hanya pelajaran sejarah yang kalian baca setiap pagi apa istimewanya? Ah
sudah, aku tidak perlu penjelasanmu nanti bakal lama. Kau akan aku traktir
eskrim. Tidak boleh menolak.” Shin Jae menarik tangan Chanyeol dan memulai
acara bolos mereka pagi itu. “aku tidak yakin Shin Jae. Ayo kita balik saja,
aku takut Kris seongsangnim marah.” Tidak dengar atau sengaja tidak mau dengar
Shin Jae terus menyelinap dan memegang tangan Chanyeol. Dan akhirnya mereka
berhasil keluar, sebenarnya Siwon melihat ulah mereka namun tidak digubris
karena itulah tujuan dari Siwon. Dia ingin agar Shin Jae mengubah watak dari
murid kelas super normal. Yang diketahui Siwon adalah sebenarnya Kris adalah
professor yang sedang menguji coba percobaannya. Namun Siwon belum tau jelas
apa penelitian Kris itu.
“Yeol, pakai
ini. Dan tunggu aku disini.” Shin Jae memberikan jaket dan masker penutup
wajah. Shin Jae menghilang sebentar dan keluar lagi namun dengan tampilan
berbeda, seperti dia sudah merencanakan matang-matang untuk hari ini. “sudah
jangan bengong, ayo cepat. Kita tidak punya banyak waktu. Sekarang kita makan
es krim dulu.”
Setelah
selesai makan es krim mereka menyewa sepeda dan mengelilingi Busan sampai sore
hari. Mereka sudah seperti orang kencan saja, Chanyeol tidak henti-henti
tersenyum. Entah mengapa, sudah lama sekali dia tidak sebahagia ini. “Gomawo.”
Kata singkat dan penuh makna bagi Shin Jae. Shin Jae merasakan kalau dia
seperti sudah mengenal lama Chanyeol.
Sampai detik ini Shin jae belum tau bahwa Chanyeol adalah Jiseok, teman
masa kecilnya di panti dulu. Bukannya Chanyeol tidak ingin mengatakkannya dari
awal, dia hanya tidak berani mengatakkannya. “Yeol, apa ada yang mau kau
bicarakan denganku?.” Kata Shin Jae seolah dapat membaca pikiran Yeol. “aniyo.
Tidak ada. Sudah waktunya kita pulang.” “jangan berbohong, katakanlah
sekarang.” “aku tidak berbohong. Ayolah kita pulang.”
***
“ah, bodoh!!
Kenapa aku tidak mau mengatakannya tadi! Sial!.” Umpat Chanyeol pada dirinya.
“Hyung! Kau
kenapa?.” Kata Ricky yang masuk tiba-tiba ke dalam kamar Yeol.
“kau ini !
kenapa masuk sembarangan.”
“kau juga
kenapa? Biasanya aku masuk sembarangan tanpa menyapamu saja tidak apa-apa. Kau
ini aneh hyung. Tadi Kris seongsangnim menelfon.”
“ha? Lalu
siapa yang menjawab telefonnya?.”
“syukurnya
aku hyung. Kau ini kenapa membolos! Kau aneh! Tidak biasanya.”
“tidak
penting! Lalu apa yang kau katakan?.”
“aish~ aku
katakana saja kalau kau sedang demam. Jadi tidak bisa hadir. Kau kemana hyung?
Kau ini biasanya selalu rajin. Oh iya mana buku yang selalu kau baca setiap aku
masuk? Sedari kau pulang tadi aku tidak melihat kau membacanya bahkan
membukanya pun tidak.”
“Rick.”
Chanyeol seperti menyadari sesuatu yang harusnya dia menyadarinya sedari dulu.
Ricky yang sedang mendribel bola basket hyungnya tertegun sejenak melihat
hyungnya “ya! Ada apa hyung? Kau ini memanggilku lalu begitu saja terhenti!.”
Katanya mendribel bola. “kemarikan bola itu! Kau katakan aku selalu membaca
buku?.”
“ne? wae?
Apa ada yang salah?.” “kau tidak bohong? Buku apa yang aku baca?.”
“kau ini
aneh hyung. Sudah aku turun dulu.” Pergelangan tangan Ricky ditarik masuk lagi
oleh Chanyeol. Yeol membentang semua buku-buku pelajarannya. Ricky
menggelengkan kepala, “tidak! Bukan semua ini. Kau, kalau tidak salah membaca
buku sejarah.” Setelah mendengar kata Ricky ia mengingat kejadian tadi pagi.
Yeol turun ke bawah dan mengayuh sepedanya menuju rumah Shin Jae.
Setelah
menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, Yeol sampai di rumah Shin Jae.
“ada apa kau
malam-malam kemari? Kau tau ini jam berapa? Tidak seharusnya kau keluar jam
segini.”
“kau juga
kenapa belum tidur. Boleh aku masuk?.”
“ya tentu.
Kau mau membicarakan apa? Sepertinya penting sekali.”
Yeol
menggenggam tangan Shin Jae, Shin Jae yang bingung berusaha melepaskannya tapi
karena tenanga Yeol lebih kuat Shin Jae tidak bisa banyak mengelak. “aku
menemukkanmu Shin Jae-ah.” Katanya sambil mengeluarkan gelang bermata kerang
berwarna biru itu. Shin Jae tidak bisa berkata-kata lagi, ia langsung
menghambur memeluk Chanyeol. “Jiseok! Aku merindukanmu. Kenapa kau tidak
katakan dari awal.” Katanya sambil menangis.
“ya, ulljima
Shin jae-ah. Aku disini, dan aku juga merindukkanmu. Sejak kau masuk dan
bergabung dengan kelasku aku menyadari kalau kau adalah Shin jae teman masa
kecilku tapi aku tidak berani karena belum pasti dan belum ada bukti. Tadi pagi aku sudah bisa
memastikkannya.”
“lalu? Apa
hanya itu yang mau kau sampaikan? Kurasa
tidak.”
“iya, bukan
hanya itu tujuanku kemari. Kurasa aku sudah tidak dikendalikan lagi oleh Kris
seongsangnim.”
“apa
maksudmu?.” Shin Jae mengatur posisi duduknya agar nyaman.
“Kris kurasa
dia bukan guru biasa. Kau kan tau setiap pagi kami tidak pernah berhenti
membuka buku sejarah?.”
Shinjae
hanya mengangguk dan terus focus menatap Yeol
“kau jangan
terlalu melihatku seperti itu, aku jadi malu.”
“ah,
baiklah. Kau ini! Ayo cepat lanjutkan.”
“bukan hanya
di sekolah secara tidak sadar aku juga membaca buku sejarah itu di rumah. Kau
tidak pernah membuka buku itu?.”
“tidak. Kau
seperti baru mengenalku seminggu saja. Bukankah dari kecil aku tidak mau
melakukan apa yang aku tidak suka kecuali terpaksa? Dan membaca pelajaran
sejarah adalah yang paling aku benci. Sekalipun di paksa aku tidak akan mau.
Memangnya ada misteri apa di balik buku sejarah itu?.”
“tidak,
hanya saja firasatku mengatakan jika buku sejarah itu ada control jarak jauh.
Siapa pun yang membacanya akan terpengaruh dengan sugesti si pencipta.”
“jadi
maksudmu ini lebih tepatnya buku pengontrol otak, semacam hipnotis? Wah ini
luar biasa! Sebentar aku akan ambil buku itu, memang isinya seperti apa hingga
kalian bisa seperti robot. Ahahhaa.”
“cih, dia
masih sempat tertawa. Apa dia mengatakan kami robot-_-.”
Shin jae
turun dengan memeluk buku sejarah yang di berikan ke setiap anak di kelas super
normal. “ini bukunya.”
“kuharap kau saja yang baca. Kau mana pernah bisa focus jadi kurasa kau akan aman.”
“kenapa
harus aku! Sudah kubilang walaupun dipaksa bahkan diberi uang pun aku tidak
akan mau!.”
“aku mohon~
ne? kau mau ya? Baik, awal pertemuan kami dengannya ia mengatakan buku sejarah
ini harus di bawa setiap hari dan dibaca lalu dipahami dan harus tetap focus
dengan apa yang yang tertulis disana. Jadi kau lakukanlah hal sebaliknya,
jangan focus dengan semua itu walaupun judulnya ada yang menarik.”
Shin Jae
membolak-balik halaman demi halaman, terlihat wajahnya yang mulai bosan. Ia
membanting buku itu sekeras mungkin di lantai. “Brak!! Buku macam apa sih ini!
Buku ini bertulis banyak tulisan aneh memang ada cara membacanya di bawah
seperti sebuah kalimat mantra. Yah pokoknya! Sekali lagi kau menyuruhku
membukanya, kau yang mati.”
“kau ini
sabar sedikit. Sebaiknya kita melaporkan ini pada guru di sekolah.”
“benar juga,
baik besok aku akan bicara pada Siwon ahjussi. Kau pulang saja sana. Jika lebih
malam lagi aku tidak jamin keselamatanmu di jalan.”
“memang
kenapa? Aku selama pulang malam tidak pernah ada hal aneh.”
“bukan
seperti itu, nanti di depan gangku ini pasti para germo akan mengeluarkan
kupu-kupu malam mereka. Kau masih di bawah umur! Jadi cepat pulang!.”
Yeol
mengayuh sepedanya lebih cepat daripada saat dia datang tadi. Dipikiran
keduanya “sebenarnya apa yang terjadi?.”
Yeol sudah
berubah menjadi anak remaja yang memang sewajarnya semua ini berkat Shinjae.
Bagaimana dengan teman yang lain? Dimanakah anak-anak yang hilang tanpa jejak
itu? Bisakah mereka semua memecahkan misteri yang ada? Tunggu di part
selanjutnya.