Rabu, 10 April 2013

60 SECOND [CHAPTER 1]


FanFiction ini murni dari otak Author! dilarang mencopy paste! jangan jadi plagiat please^^~ walaupun FFnya gak sebagus yang udah mahir, tapi apa salahnya mencoba. Mian castnya sama sekali tidak ada anak BAPnya. lagi diumpetin dulu hehe. don't be silent readers ne ^^ typo dsb. itu tolong dimaafkan namanya juga manusia~ check this out!

Title                 : 60 second
Author            : Shinjae
 Main Cast      :  JiSeok (Chanyeol), ShinJae, Ricky.
Other Cast      :  Park Jung soo as Shin Jae’s father, Siwon, Kris.
Genre              : Mistery,Fantasy
Leght               : Chapter
 Prolog
Berawal dari pertemanan dimasa kecil dan terbawa hingga umur mereka menginjak 17 tahun. Di sebuah tempat penampungan lebih tepatnya dikatakan panti asuhan. Telah tumbuh bersama kedua sahabat yang tak terpisahkan, Jiseok dan Shin Jae. Mereka terlihat sanagat bahagia ketika bersama. Sampai suatu saat, keduanya terpisah, Dikarenakan Shin Jae sudah menemukan orang tua yang mau mengasuhnya.
“hai.” Sapa seorang laki-laki tampan, tinggi dan kelihatannya begitu berwibawa.
Shin Jae awalnya tidak ingin bertemu, “ayolah nak, dia adalah ayahmu.” Kata Suster Daisy. Saat itu umur Shin Jae masih 4 tahun. Sama dengan Jiseok. Sebagai bentu perpisahan, Jiseok yang belum mendapatkan orang tua asuh memberikan Shin Jae sebuah kalung buatannya sendiri. Terlihat lucu, liontinnya seperti botol di dalamnya terisi pasir pantai yang halus dan manik-manik berwarna biru karena Shin Jae suka warna biru.
“ini, jangan lupakan aku Shin Jae-ah. Aku berharap kita bisa bertemu lagi.” Katanya sambil mengalungkan kalung itu ke leher Shin Jae.
“Jiseok-ah, Gomawo. Maaf aku tidak bisa memberimu hal yang sama. Ini, ambilah gelangku.”
“tapi itukan gelang kesayanganmu. Aku tidak mau mengambilnya.”
Suara klakson mobil menandakan Shin Jae harus cepat menyusul ayah barunya. Tanpa berkata terlalu banyak, Shin Jae memakaikan gelangnya ke tangan Jiseok. Sungguh perpisahan anak 4 tahun yang dramatis. Sambil terus melambaikan tangan, Jiseok terus mengejar mobil Shin Jae yang semakin lama semakin menjauh. “Jaga Kalung itu Shin Jae!!!.”
***
Shin Jae terus mengingat kejadian terakhir itu padahal sudah 12 tahun berlalu.
“Dimana Jiseok sekarang. Apa dia masih di panti, ah! Aku merindukan suster Daisy.” Pikirnya.
“YA!!Shinjae-ssi.. Shinjae-ssi..”
Lamunan Shin Jae buyar,  “setelah pelajaranku, kau keruanganku mengerti!!.”
Lagi-lagi Shin Jae harus menerima hukuman dari Siwon seongsangnim, dia adalah guru Matematika sekaligus wali kelas Shin Jae. “dari 30 siswa di kelas, kenapa hanya kau yang tidak minat dengan pelajaranku. Kenapa setiap pelajaranku kau selalu melihat keluar jendela dan memulai ritualmu?.”
“ah, seongsangnim berlebihan aku tidak melakukan ritual apa-apa.”
“maksud bapak kau mulai menghayalkan sesuatu. Aigo~ appamu menitipkanmu padaku, tapi kau malah seperti ini. Baiklah, sekarang pilih. Kau mau di hukum atau menuruti permintaanku.”
“ahjussi aku tidak mau di hukum! Tolonglah~.”
“kau ini jangan memanggilku ahjussi. Hah, sudahlah sungguh percuma berbicara denganmu. Permintaanku, seminggu ke depan dan seterusnya kau akan aku pindahkan ke kelas anak-anak yang terlalu normal. Aku rasa kau akan bisa jelas menerima pelajaran.”
“apa?! Tidak! Itu lebih parah! Aku minta di hukum saja.”
“tidak bisa diganti. Keputusanku sudah bulat. Kau harus lebih serius! Sebentar lagi kau akan aku ikutkan dalam lomba antar sekolah. Jangan protes dan lakukan saja. Kau boleh kembali.”
Dengan langkah malas, Shin Jae berjalan di koridor menuju kelasnya. Tapi, ia teringat dengan kata Siwon ahjussi kemudian dia memutar arah menuju kelas normal. Kenapa kelas normal? Bahkan ada yang menyebutnya terlalu normal. “aku akan sekelas dengan mereka. Aigo~ lihat mereka. Belajar pun tidak ada suara yang terucap. Semua terlalu serius! Aku tidak akan betah berlama-lama di kelas ini. Kelas ini bagai neraka bagiku.”
“hey, kenapa mengintip. Kenapa tidak masuk saja.” namja dengan senyum yang manis dan mata yang bersinar mengagetkan Shin Jae. “ah tidak ada, aku permisi ya.” Namja yang di tinggalnya hanya mengaruk kepala yang sama sekali tidak gatal dan masuk ke dalam kelas “normal” itu.
***
“appa! Kau tau Siwon ahjussi menghukumku hari ini. Ini bahkan lebih parah.” Kata ShinJae sambil memasukkan suapan roti pertamanya. “benarkah? Kan sudah appa katakan perhatikan dia saat mengajar. Kali ini hukumanmu apa lagi?.” “aku dimasukan ke kalas kumpulan anak pintar appa. Itu sungguh membuatku frustasi.” “itu bagus kan? Kau jadi bisa belajar banyak. Sudah jangan mengeluh terus. Cepat habiskan makananmu. Kita berangkat.”
-
“Siwon-ssi, terima kasih kau telah mengajarkan anakku. Anakku ku serahkan padamu.”
“ne, hyung. Anakmu akan berubah. Aku jamin.”
“baiklah aku pergi dulu.” Siwon membungkuk kearah hyungnya yang mulai menjauh dengan mobilnya. Shin Jae sudah berada di gerbang sekolah dengan senyuman khas Siwon berjalan mendekati Shin Jae dan mengajaknya untuk masuk di kelas super normal. “perbedaan akan Nampak nyata Shin Jae. Tidak seperti di kelasmu sebelumnya. Kuharap kau bahagia. Nice day hahhaha.”
Siwon tertawa dan itu kelihatan sekali meledek anak didiknya, dengan berani Shin Jae membuka pintu kelas yang hampir tak pernah sekali pun terlihat terbuka.
“oh, kau anak baru yang akan mengikuti kelasku? Kemari dan perkenalkan dirimu.”
Semua mata yang seharusnya menoleh ke arahnya karena dia orang baru tidak di temukan disini. Mata murid disini seperti sudah terprogram untuk melihat buku setiap harinya. Dengan perasaan jengkel tak karuan Shin Jae memperkenalkan namanya. “annyeonghaseyo, Park Shin Jae imnida. Aku dari kelas 2-C mohon bantuannya.”
Ya, sama sekali tidak ada respon berarti seperti yang diharapkan. “kau duduk di bangku kosong di belakang sana. Sekarang kita lanjutkan.”
Tanpa disadari oleh Shin Jae ada seseorang di kelas itu yang kaget mendengar namanya, dia duduk persis di sebelah Shin Jae, ketika Shin Jae mendekat dia hanya menoleh sedikit kearahnya lalu memfokuskan matanya ke buku namun pikirannya tertuju pada Shin Jae.
“kelas ini menyebalkan, istirahat nanti aku akan menemui siwon ahjussi.” Pikir Shinjae
-
“seongsangnim!! Tunggu! Aku ingin bicara. Kelas macam apa yang aku masuki pagi ini. Gurunya begitu dingin anak muridnya seperti robot yang hanya terfokus dengan buku di depannya. Tak ada satu pun dari 19 orang itu menyapaku. Aku minta kau memindahkanku lagi di kelas asliku. Aku muak!.”
“kau ini tidak memberi kesempatanku berbicara. Sengaja aku memasukkanmu ke kelas itu karena ayahmu yang memintaku. Sebentar lagi ayahmu akan terlalu sibuk. Dia minta agar aku terus menyibukkanmu. Agar kau tidak kesepian.”
“tapi itu sama sekali tidak ada hubungannya. Ya! ahjussi kau kira aku tidak kesepian disana?! Kau gila! Aku bagaikan  patung disana! Benar- benar menjadi patung!.” Tanpa mau mendengar perkataan seongsangnimnya atau lebih tepatnya pamannya Shin Jae pergi ke kelas dahulunya. Disana ia langsung di serbu pertanyaan-pertanyaan yang ya you know la~.
Pukul 01.00 PM kelas biasa sudah pulang kecuali kelas normal, kelas ini dilakukan hingga sore hari 05.00 PM. Shin Jae hapir gila di buatnya. Kelas itu seperti dihuni oleh zombie. Dia mengenal wajah namja yang kemarin memergokinya sedang mengintip ke dalam, Shin Jae mencoba mengajaknya mengobrol namun tidak bisa. Shin Jae mengacak-acak rambutnya menunjukan kalau dia benar-benar frustasi dengan keadaan. Siwon yang melihat lewat celah kecil pintu bagian belakang kelas ini tersenyum kecut namun tetap terlihat lucu “kau akan memberi warna di kelas ini Shin Jae. Kau lah orang yang tepat untuk mengembalikan program otak anak-anak ini agar normal seperti kebanyakan remaja.” Katanya lalu menutup kembali pintu itu. Pukul 05.00 PM dengan langkah seribu Shinjae meninggalkan tempat yang di sebutnya neraka itu. Namun sial, dia belum di jemput oleh appanya.
“aish appa! Aku tidak mau berlama-lama di sekolah ini. Aku ingin pulang.” Satu persatu murid yang sekelas dengannya tadi di jemput orang tua mereka. Tersisa namja yang memiliki senyum malaikat dan satu lagi namja yang duduk di sebelah kiri Shin Jae. Ponsel Shin Jae berbunyi “yeobseo, appa kau dimana? Aku sudah selesai. Mwo? Kenapa mendadak. Baiklah appa aku pulang naik bus saja. Hati-hati di jalan.”
Tiba-tiba namja yang duduk di sebelahnya mendekat dan mengulurkan tangan “siapa namamu tadi?.”  Ah tidak buruk juga akhirnya ada yang berniat berkenalan dengannya. “aku Shin Jae, Park Shin Jae, kau?.” Dengan agak terbata “Park Chanyeol imnida. Kau mau pulang naik bus?.” “ne, appa ku tidak bisa menjemputku, karena tiba-tiba saja dia sudah ada di Hawai untuk bisnis barunya. Kau juga mau pulang naik bus?.”
“ne, bagaimana kalau barengan saja?.” “ya boleh juga.” “Suho apa kau mau ikut pulang denganku naik bus?.” “tidak, itu ayahku datang. Aku duluan ya, kalian hati-hati.”
***
Sudah semiggu berjalan, kelas itu sudah terlihat perubahannya. Anak-anak itu jadi bisa bersosialisasi antar murid dan mulai bisa menghargai pendapat satu dan lainnya. Wajah Kris seongsangnim sedikit agak aneh, rupanya dia kurang tidur.
Rapat Guru
“kan sudah aku katakan, anak itu mampu mengubah pandangan seseorang. Dia ajaib.”Siwon mengatakannya dengan lantang dan bangga
“aku tidak salah memilihmu untuk mencari anak yang bisa membuat mereka normal seperti anak remaja biasanya.” Ujar Lee Sooman selaku Kepala sekolah SMA Shinwa
“aku akan segera memecat Wu Yi Fan. Aku tau sebenarya dia punya maksud terselubung di samping menjadi guru. Sudah berapa murid pintar kita menghilang tanpa jejak. Aku mencurigai, dialah pelakunya.” Tambah Lee Sooman.
Semua guru yang hadir di rapat itu kecuali Wu Yi Fan atau biasa di panggil Kris menyetujui pendapat Lee Sooman. Semenjak ada Kris di sekolah ini, seolah control dari otak anak-anak terpilih itu di program sehingga terlihat seperti robot dan hanya mau mengikuti perintahnya saja. Namun, berbeda dengan Shin Jae dia sama sekali tidak terpengaruh karena yang kita tau otaknya tidak mau berpusat pada satu objek. Dia selalu memikirkan hal-hal lain dan tidak pernah focus di pelajaran jadi dia memang tepat di masukkan di kelas itu dan memang terbukti dia berhasil. Sebagian dari mereka sudah bisa tertawa lepas dan menceritkan penglamanan pribadinya dan banyak perubahan yang begitu siknifikan dari mereka.
“aduh dimana aku menaruhnya?.” Kata Shin Jae sambil merangkak ke setiap sudut kelas. Chanyeol yang baru masuk terlihat bingung, setelah menaruh tasnya di bangkunya dia ikut merangkak “Shin Jae-ah, kau mencari apa?.” “ah, kau. Kenapa kalian hobi sekali mengagetkanku? Setidaknya jika datang berikan salam atau apa. Dasar! Aku sedang mencari kalungku.” Mata Chanyeol membulat “apa dia masih menyimpannya?.” Pikirnya. Setelah 5 menit karena bantuan Chanyeol kalung itu bisa di temukan. Dengan senyum yang terpasang di wajahnya Chanyeol kembali duduk dan membuka buku sejarahnya. Tak disangka buku yang sedang dibaca olehnya ditutup paksa oleh Shin Jae. “kau bisa tidak kalau tidak membukannya sekali saja? Aku muak melihatmu dan teman-temanmu membuka buku aneh itu setiap hari. Kenapa hanya pelajaran sejarah yang kalian baca setiap pagi apa istimewanya? Ah sudah, aku tidak perlu penjelasanmu nanti bakal lama. Kau akan aku traktir eskrim. Tidak boleh menolak.” Shin Jae menarik tangan Chanyeol dan memulai acara bolos mereka pagi itu. “aku tidak yakin Shin Jae. Ayo kita balik saja, aku takut Kris seongsangnim marah.” Tidak dengar atau sengaja tidak mau dengar Shin Jae terus menyelinap dan memegang tangan Chanyeol. Dan akhirnya mereka berhasil keluar, sebenarnya Siwon melihat ulah mereka namun tidak digubris karena itulah tujuan dari Siwon. Dia ingin agar Shin Jae mengubah watak dari murid kelas super normal. Yang diketahui Siwon adalah sebenarnya Kris adalah professor yang sedang menguji coba percobaannya. Namun Siwon belum tau jelas apa penelitian Kris itu.
“Yeol, pakai ini. Dan tunggu aku disini.” Shin Jae memberikan jaket dan masker penutup wajah. Shin Jae menghilang sebentar dan keluar lagi namun dengan tampilan berbeda, seperti dia sudah merencanakan matang-matang untuk hari ini. “sudah jangan bengong, ayo cepat. Kita tidak punya banyak waktu. Sekarang kita makan es krim dulu.”
Setelah selesai makan es krim mereka menyewa sepeda dan mengelilingi Busan sampai sore hari. Mereka sudah seperti orang kencan saja, Chanyeol tidak henti-henti tersenyum. Entah mengapa, sudah lama sekali dia tidak sebahagia ini. “Gomawo.” Kata singkat dan penuh makna bagi Shin Jae. Shin Jae merasakan kalau dia seperti sudah mengenal lama Chanyeol.  Sampai detik ini Shin jae belum tau bahwa Chanyeol adalah Jiseok, teman masa kecilnya di panti dulu. Bukannya Chanyeol tidak ingin mengatakkannya dari awal, dia hanya tidak berani mengatakkannya. “Yeol, apa ada yang mau kau bicarakan denganku?.” Kata Shin Jae seolah dapat membaca pikiran Yeol. “aniyo. Tidak ada. Sudah waktunya kita pulang.” “jangan berbohong, katakanlah sekarang.” “aku tidak berbohong. Ayolah kita pulang.”
***
“ah, bodoh!! Kenapa aku tidak mau mengatakannya tadi! Sial!.” Umpat Chanyeol pada dirinya.
“Hyung! Kau kenapa?.” Kata Ricky yang masuk tiba-tiba ke dalam kamar Yeol.
“kau ini ! kenapa masuk sembarangan.”
“kau juga kenapa? Biasanya aku masuk sembarangan tanpa menyapamu saja tidak apa-apa. Kau ini aneh hyung. Tadi Kris seongsangnim menelfon.”
“ha? Lalu siapa yang menjawab telefonnya?.”
“syukurnya aku hyung. Kau ini kenapa membolos! Kau aneh! Tidak biasanya.”
“tidak penting! Lalu apa yang kau katakan?.”
“aish~ aku katakana saja kalau kau sedang demam. Jadi tidak bisa hadir. Kau kemana hyung? Kau ini biasanya selalu rajin. Oh iya mana buku yang selalu kau baca setiap aku masuk? Sedari kau pulang tadi aku tidak melihat kau membacanya bahkan membukanya pun tidak.”
“Rick.” Chanyeol seperti menyadari sesuatu yang harusnya dia menyadarinya sedari dulu. Ricky yang sedang mendribel bola basket hyungnya tertegun sejenak melihat hyungnya “ya! Ada apa hyung? Kau ini memanggilku lalu begitu saja terhenti!.” Katanya mendribel bola. “kemarikan bola itu! Kau katakan aku selalu membaca buku?.”
“ne? wae? Apa ada yang salah?.” “kau tidak bohong? Buku apa yang aku baca?.”
“kau ini aneh hyung. Sudah aku turun dulu.” Pergelangan tangan Ricky ditarik masuk lagi oleh Chanyeol. Yeol membentang semua buku-buku pelajarannya. Ricky menggelengkan kepala, “tidak! Bukan semua ini. Kau, kalau tidak salah membaca buku sejarah.” Setelah mendengar kata Ricky ia mengingat kejadian tadi pagi. Yeol turun ke bawah dan mengayuh sepedanya menuju rumah Shin Jae.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, Yeol sampai di rumah Shin Jae.
“ada apa kau malam-malam kemari? Kau tau ini jam berapa? Tidak seharusnya kau keluar jam segini.”
“kau juga kenapa belum tidur. Boleh aku masuk?.”
“ya tentu. Kau mau membicarakan apa? Sepertinya penting sekali.”
Yeol menggenggam tangan Shin Jae, Shin Jae yang bingung berusaha melepaskannya tapi karena tenanga Yeol lebih kuat Shin Jae tidak bisa banyak mengelak. “aku menemukkanmu Shin Jae-ah.” Katanya sambil mengeluarkan gelang bermata kerang berwarna biru itu. Shin Jae tidak bisa berkata-kata lagi, ia langsung menghambur memeluk Chanyeol. “Jiseok! Aku merindukanmu. Kenapa kau tidak katakan dari awal.” Katanya sambil menangis.
“ya, ulljima Shin jae-ah. Aku disini, dan aku juga merindukkanmu. Sejak kau masuk dan bergabung dengan kelasku aku menyadari kalau kau adalah Shin jae teman masa kecilku tapi aku tidak berani karena belum pasti dan belum ada  bukti. Tadi pagi aku sudah bisa memastikkannya.”
“lalu? Apa hanya itu yang mau  kau sampaikan? Kurasa tidak.”
“iya, bukan hanya itu tujuanku kemari. Kurasa aku sudah tidak dikendalikan lagi oleh Kris seongsangnim.”
“apa maksudmu?.” Shin Jae mengatur posisi duduknya agar nyaman.
“Kris kurasa dia bukan guru biasa. Kau kan tau setiap pagi kami tidak pernah berhenti membuka buku sejarah?.”
Shinjae hanya mengangguk dan terus focus menatap Yeol
“kau jangan terlalu melihatku seperti itu, aku jadi malu.”
“ah, baiklah. Kau ini! Ayo cepat lanjutkan.”
“bukan hanya di sekolah secara tidak sadar aku juga membaca buku sejarah itu di rumah. Kau tidak pernah membuka buku itu?.”
“tidak. Kau seperti baru mengenalku seminggu saja. Bukankah dari kecil aku tidak mau melakukan apa yang aku tidak suka kecuali terpaksa? Dan membaca pelajaran sejarah adalah yang paling aku benci. Sekalipun di paksa aku tidak akan mau. Memangnya ada misteri apa di balik buku sejarah itu?.”
“tidak, hanya saja firasatku mengatakan jika buku sejarah itu ada control jarak jauh. Siapa pun yang membacanya akan terpengaruh dengan sugesti si pencipta.”
“jadi maksudmu ini lebih tepatnya buku pengontrol otak, semacam hipnotis? Wah ini luar biasa! Sebentar aku akan ambil buku itu, memang isinya seperti apa hingga kalian bisa seperti robot. Ahahhaa.”
“cih, dia masih sempat tertawa. Apa dia mengatakan kami robot-_-.”
Shin jae turun dengan memeluk buku sejarah yang di berikan ke setiap anak di kelas super normal. “ini bukunya.”

“kuharap kau saja yang baca. Kau mana pernah bisa focus jadi kurasa kau akan aman.”
“kenapa harus aku! Sudah kubilang walaupun dipaksa bahkan diberi uang pun aku tidak akan mau!.”
“aku mohon~ ne? kau mau ya? Baik, awal pertemuan kami dengannya ia mengatakan buku sejarah ini harus di bawa setiap hari dan dibaca lalu dipahami dan harus tetap focus dengan apa yang yang tertulis disana. Jadi kau lakukanlah hal sebaliknya, jangan focus dengan semua itu walaupun judulnya ada yang menarik.”
Shin Jae membolak-balik halaman demi halaman, terlihat wajahnya yang mulai bosan. Ia membanting buku itu sekeras mungkin di lantai. “Brak!! Buku macam apa sih ini! Buku ini bertulis banyak tulisan aneh memang ada cara membacanya di bawah seperti sebuah kalimat mantra. Yah pokoknya! Sekali lagi kau menyuruhku membukanya, kau yang mati.”
“kau ini sabar sedikit. Sebaiknya kita melaporkan ini pada guru di sekolah.”
“benar juga, baik besok aku akan bicara pada Siwon ahjussi. Kau pulang saja sana. Jika lebih malam lagi aku tidak jamin keselamatanmu di jalan.”
“memang kenapa? Aku selama pulang malam tidak pernah ada hal aneh.”
“bukan seperti itu, nanti di depan gangku ini pasti para germo akan mengeluarkan kupu-kupu malam mereka. Kau masih di bawah umur! Jadi cepat pulang!.”
Yeol mengayuh sepedanya lebih cepat daripada saat dia datang tadi. Dipikiran keduanya “sebenarnya apa yang terjadi?.”
Yeol sudah berubah menjadi anak remaja yang memang sewajarnya semua ini berkat Shinjae. Bagaimana dengan teman yang lain? Dimanakah anak-anak yang hilang tanpa jejak itu? Bisakah mereka semua memecahkan misteri yang ada? Tunggu di part selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar